Sholawat salam semoga senantiasa tecurah pada baginda Nabi Muhammad SAW.
Islam sedah mengajarkan kepada kita semua agar senantiasa berdo`a kepada Alloh SWT,
Bahkan dalam sebuah Hadits bersabda ;
“Berdo`a Itu Ibadah”
(HR.AbuDaud dari An-Nu`man bin basyir r.a Kitab Al-Adzkar Hal 345)
Firman Allah SWT ;
“Dan Tuhanmu berfirman : Berdo`alah kepada-KU niscaya akan aku kabulkan.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku mereka akan masuk neraka jahanam dengan penuh kehinaan “ (Q.S. Al-Mu`min:60)
Ayat di ataas sangat jelas, bahwa Alloh SWT yang Maha Mendengar akan mengabulkan
Do`a hamba-Nya. Namun dalam kenyataannya, masih sering kita mendengar keluhan dari banyak saudara kita, “setiap hari aku menengadahkan tangan memohan kepada Alloh SWT,
Tetapi apa yang dimintanya tidak kunjung di jawab”. Timbul pertanyaan “Mengapa permohonan kita itu masih belum di kabulkan oleh Alloh SWT ?”
Untuk mengetahui kendala-kendaladi kabulkannya do`a tersebut, berikut nasehat seorang Syekh Imam Ibrahim bin Adam’ yang di tukil dari “Kitab Hayatul Qulub”.
Diriwayatkan oleh ‘Imam Syaqiq Al-Balkhi’, bahwa ketika Imam Ibrahim berjalan ke pasar Basrah (Kota terkenal di Iraq), beliau menerima pertanyaan dari sebagian penduduk “Mengapa nasib kami masih belum berubah, padahal siang dan malam kami selalu berdo`a, padahal Alloh SWT telah berjanji akan mengabulkan-Nya”.
Syekh Imam Ibrahim bin Adham menjawab dengan tegas: “Wahai penduduk Basyrah ! Hati kalian telah mati pada sepuluh perkara, maka bagaimana mungkin do’a kalian akan dikabulkan.?”
Kemudian beliau menyampaikan sepuluh kendala tersebut, yaitu:
- “Kalian mengenal Alloh SWT, tetapi tidak memenuhi hak-Nya.”
- “Kalian membaca Al-Quran tapi tidak mengamalkan isi-Nya.”
- “Kalian mengaku cinta kepada Rasululloh, tetapi sunah-Nya ditinggalkan,”
- “Kalian mengaku memusuhi syetan, tetapi mematuhi dan menyetujuinya.”
- “Kalian mengaku ingin masuk surga, tetapi tidak mau beramal untuk [meraih]-nya.”
- “Kalian mengaku ingin selamat dari api neraka, tetapi menjerumuskan diri kalian sendiri kedalamnya.”
- “Kalian sibuk memeikirkan dan mengurus aib saudara kalian, tetapi tidak melihat aib diri sendiri.”
- “Kalian memerintah kepada manusia untuk berbuat baik, tetapi melupakan diri sendiri.”
- “Kalian memerintahkan orang lain untuk mengeluarkan zakat, tetapi engkau tidak mengeluarkannya.”
- “Kalian ikut menguburkan orang yang meninggal, tetapi tidak mengambil pelajaran dari peristiwa itu.”
0 komentar:
Posting Komentar